Selasa, 18 Januari 2011

CERDAS MEMAHAMI, CERDAS MENGIMAMI


Ahmad Nurkhalish
Satu ketika Dzunnun Al Mishri berlayar  dengan sebuah perahu bersama para muridnya.  Menikmati indahnya Sungai Nil.  Seraya menikmati indahnya pemandangan Dzunnun Al Mishri dan muridnya melantunkan dzkir dan pujian kepada Sang Maha Pencipta. Tak lama kemudian kekhusyuan mereka terusik  oleh sekelompok anak muda yang sedang main gitar berhura-hura sambil berteriak-teriak tak jelas.  Dan hal itu membangkitkan emosi para murid Dzunnun.
Murid Dzunnun  meminta Gurunya untuk mendoakan agar perahu anak-anak muda berandalan itu agar ditenggelamkan Tuhan ke dasar Sungai Nil. Mereka sangat yakin doa gurunya akan diijabah oleh Allah.
Kemudian  Dzunnunpun berdoa bermunajat kepada Allah, “Ya Allah, sebagimana Engkau telah memberikan orang-orang itu kehidupan yang menyenangkan di dunia ini, berilah juga mereka satu kehidupan yang menyenangkan di akherat kelak”

  Murid Dzunnun sontak kaget, tak menyangka Dzunnun akan berdoa seperti itu. Tak seperti yang mereka inginkan. Doa agar sekelompok anak muda berandalan itu ditenggelamkan. Hal yang mengejutkan terjadi beberapa saat kemudian, ketika perahu mereka kian dekat berpapasan, anak-anak muda itu kaget melihat Dzunnun ada di perahu yang sedang mereka lewati.  Mereka merasa segan, bahkan menyesal  seolah ada magnet kharisma yang luar biasa menghantam jiwa mereka ketika menatap wajah Dzunnun.  Mereka mendekati Dzunnun dan menyatakan keinginan mereka untuk bertaubat dan menghiba bimbingan beliau. Bahkan anak muda itu meremukkan  alat-alat musik mereka.
Lalu Dzunnun memberikan nasehat kepada murid-muridnya, “Kehidupan yang menyenangkan di akherat  kelak adalah bertaubat di dunia ini. Dengan cara  begini, kalian dan mereka puas tanpa merugikan siapapun.”
Sepenggal kisah di atas, mengingatkan kita bahwa di sekitar kita masih banyak sekelompok anak muda yang masih “lalai” dan “jauh” dari sentuhan Risalah Rasulullah SAW.  Meskipun orang tua mereka adalah penganut agama Islam.  Terbuai dengan kehidupan ala “Barat”, ikut-ikutan terseret prilaku negatif dan yang lebih memperihatinkan terjebak dalam ritual agama lain. Seperti contoh, tak dapat dipungkiri sebagian besar remaja kita bahkan mungkin juga orang tua mereka ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, yang dalam dalam fikiran mereka tentu saja sebagai Hari Kasih Sayang tanpa didasari pemahaman lebih dalam.
Mereka sedang hanyut di arus sungai ketidakmengertian, dan ironisnya kita yang faqih, kita yang faham justru terjebak dalam tindakan emosional seperti murid-murid Dzunnun yang kesal dan jengkel pada anak muda yang asyik bermain musik. Bukan menyelamatkan tapi malah ingin mereka terus hanyut bahkan membiarkan mereka makin dalam tenggelam.

Padahal Rasulullah SAW. bersabda dalam Shahihain, diriwayatkan dari Anas :
" Permudahlah Jangan persulit, tenangkan dan jangan membuat mereka menghindar"


Dan dalam hadits lain, shahih Muslim, diriwayatkan dari Jabir r.a Rasulullah SAW bersabda,
" Allah tidak mengutusku untuk menyusahkan dan tidak pula untuk membuat bingung, tetapi Allah mengutusku untuk mengajarkan dan memudahkan"


CERDAS MEMAHAMI, CERDAS MENGIMAMI.
Saya suka sebuah konsep yang sederhana dari kata Cerdas. Dalam konsep pendidikan anak, PENULIS mengartikannya sebagai CER : “Ceritakan Kisah Cinta dan Teladan, DAS : Dasari mereka dengan akidah dan akhlak yang Indah.”
Tugas kita sekarang adalah cerdas memahami apa yang sedang terjadi pada remaja dan anak – anak kita. Mengapa mereka ikut-ikutan dalam ritual yang berseberangan dengan tuntunan agama islam? Sudahkah kita membekali mereka dengan pelajaran yang memadai? Dari mana dan di mana mereka dapatkan masukan dan tuntunan yang benar?  Sejauh ini kita juga sadar akan kurangnya  alokasi waktu jam pelajaran agama di sekolah-sekolah, sementara waktu mereka di sore hari juga kadang disita dengan bimbingan belajar sebagai salah satu efek kekhawatiran Guru dan orang  tua jangan sampai nilai anak mereka jeblok dan gagal  Ujian akhir Nasional.
Jika kita sudah memahami kondisi yang sebenarnya, maka tugas kita selanjutnya adalah “Cerdas Mengimami”. Selama ini mungkin anak-anak kita lebih banyak dijejali dengan gaya hidup idola mereka, yaitu selebriti, music, fashion lewat tayangan televisi, tabloid remaja, serta fitur atau konten yang bisa mereka akses di media internet pun melalui Hand Phone mereka. Jika ini yang terjadi maka pekerjaan rumah kita selanjutnya adalah bagaimana mengenalkan mereka pada kisah cinta penuh inspiratif dari manusia –manusia terpuji.  Mengajak mereka kembali pada jalur shaf yang benar dan lurus. Menjadi bagian dalam kehidupan mereka, membaur dalam suasana keakraban. Menjelma  teman mengeja, menjadi kawan mengaji. dan yang tak kalah penting adalah sebagai "murabby" tentunya kita harus menjadi panutan bagi mereka. Karena kita adalah imam bagi mereka. Lisanul Hal afshahu min lisanil maqol yang berarti contoh dengan tindakan dan perbuatan lebih fashih dan berkesan dibanding nasehat yang hanya keluar melalui lisan perkataan.

CERDAS MENGASIHI, CERDAS MENGISAHKAN
"Dan semua kisah rasul-rasul itu Kami ceritakan kepadamu agar Kami meneguhkan hatimu dengannya; dan dalam kisah-kisah itu telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran, dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (QS. Hud: 120)
Urgensi dari kisah dalam Al qur'an sangat besar manfaatnya dirasakan Rasulullah SAW. Keberadaan kisah para nabi terdahulu bukanlah dongeng pengantar tidur semata, tapi berperan sebagai peneguh hati Rasulullah SAW dan tentunya bagi umatnya juga.
 Begitu banyak mutiara hikmah bertebaran,  rabunnya mata generasi muda muslim kita harus kita buka lebar-lebar agar mereka dapat melihat kemilaunya  dan memungutnya sebagai perhiasan dalam meniti kehidupan. Kisah indahnya cinta Keuletan  Siti Hajar yang berlari antara Safa dan Marwa demi mencari seteguk air penawar tangis Ismail kecil yang kehausan pasti lebih menarik hati dari pada kebaikan peri pelindung  Cinderela yang hanya mengandalkan tongkat mustika. Kisah cinta pengorbanan sahabat Rasul, Sa’ad as Sulamy  yang rela meninggalkan calon pengantinnya demi mengejar syahid membela agama Allah dan akhirnya dinikahkan Allah dengan bidadari surga tentu tak kalah mempesona daripada sekedar kisah cinta Romeo dan Juliet.  Dan tentu saja banyak lagi kisah lainnya dan itu fakta bukan isapan jempol semata. Bukan fiksi khayyali, dikarang-karang, dibumbu-bumbui.   Kalaupun fiksi tentu kita juga harus mengarahkan anak-anak kita pada bacaan yang sehat, novel islami karya Habiburrahman el shirazy bisa menjadi pilihan, Kisah Perjuangan para Da’I meretas jalan Dakwah karya Mujahid Salbu tak kalah menggugah.

Tinggal tugas kita adalah Cerdas Mengasihi dan Cerdas Mengisahkan. Nabi SAW, telah memberikan tuntunan.
"Permudahlah dan jangan dipersulit, beri kabar gembira dan jangan membuat orang takut, membaurlah dan jangan menjaga jarak." (HR. Bukhari dan Muslim)
Komunitas Rumah Dongeng yang ramah, pendekatan kepada organisasi kepemudaan, yang dilakukan dengan  bilhikmah wa mau 'idzatil hasanah diharapkan akan mempertajam upaya kita mendekatkan generasi muda kita kepada uswatun hasanah yang sebenarnya.


Saya berharap kisah -kisah ini diangkat oleh multimedia. Sebagaimana Sang Pencerah, Kisah teladan Kehidupan KH. Ahmad Dahlan difilmkan, kisah perjuangan para nabi dan rasul,  sahabat dan ulama pewaris risalah Rasulullah SAW. hendaknya terus kita kibar dan kabarkan. Dan saya yakin dan percaya media ini,  akan  menjadi salah satu kapal  Nuh As dengan layar terkembang  terus maju menantang gelombang agar generasi muda kita yang hanyut dapat kita selamatkan. (KA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar